Nggoleki Blog Iki

Rabu, 09 Maret 2011

After A Thousand Night part 2

ingin dicintai, tapi kenapa seseorang yang aku cintai mencintai orang lain? Apa kebenaran bisa diubah? Kalau bisa, tolong rubah. Agar aku nggak sesakit ini. Saat ini hanya hujan yang mau mengerti perasaanku, tidak seperti yang lain. Hujan menemaniku setiap kali aku menangis. Tapi aku ingin melewati seribu malam yang tak pernah usai ini dengan alasan aku mencintaimu. Apa itu salah?


Sepertinya Gilang belum pacaran. Apa dia takut mengatakan perasaannya? Aku penasaran.
“ah itu Gilang!” batinku
“sedang ngapain dia?” aku mengamatinya di sudut tembok yang berbeda
“kenapa dia meguntit di depan kelas?” heranku
“Hayoo! Nguntitin orang yeee” teriak Tio mengagetkan Gilang
“sssttt! Diam! Nanti ada yang denger” bisik Gilang
“ooh… mandangin Sisi si pujaan hati? Wkwk” canda Tio
“huh! Diam!” muka Gilang memerah
Apa? . Gilang menyukai Sisi? Air mataku menetes saat mendengar itu. Apa nggak ada hal yang lebih nyakitin daripada ini? Bodoh! Aku langsung berlari ke cewek yang ada di dekat kelas 9A.
“hiks..hiks… seharusnya aku nggak ngliatin Gilang tadi. Jadi gini deh. Hiks hiks..” sedihku
“emang kenapa sama Gilang?” Tanya Ricky
“Gilang suka sama…. Eh kok kamu ada di toilet cewek sih?” tanyaku
“ini toilet cowok dodol!” kata Ricky sambil menunjuk papan tulisan yang bertuliskan toilet laki-laki
“haa!?”aku langsung berlari keluar
“hoi tunggu!” teriak Ricky
Aku menceritakan semuanya pada Ricky, dia hanya berkata “udah takdir, lupakan Gilang. Kamu pasti bisa kok! Lupakan dengan pelan-pelan”. Mungkin perkataan Ricky benar, akan kucoba sekuat tenagaku.
“aaaaahh~ pulang.. enaknya jalan-jalan dulu. Kemana ya?” kataku
“ke Timezone aja yuk!”ajak Ricky
“ah… main game mulu, enakan juga main PB.hahaha” candaku
“halah.. mau ikut nggak?” Tanya Ricky
“mau!” tegasku
“haah~ udah sampai belum sih? Ngangkot aja yuk!” ajakku
“heh! Bentar lagi juga sampai!” kata Ricky
“dimana sih?” tanyaku
“disini! Ayo cepet!” ajak Ricky
“cepet amat, amat aja nggak cepet!” kataku
“udah.. jangan banyak cing-cong!” kata Ricky
“wwwiihhh~ banyak game nih!” kataku
“main deh sepuasnya! Aku yang bayarin” sahut Ricky
“haha.. oke deh!” kataku

Beberapa saat kemudian,
“udah bisa belum?” Tanya Ricky
“hoe? Bisa apanya?” tanyaku balik
“udah bisa ngelupain Gilang belum” jelas Ricky
“eh? Jadi.. ini semua…”
“iya.. sesaat kamu lupa sama Gilang karena keasyikan sendiri kan? Makanya cari kesibukan lain, jangan hanya nonton TV, tidur, sama makan doang!”
“oke! Thanks ya!” kataku senyum
“sama-sama bodoh!” kata Ricky
Aku senang, bisa ngelupain Gilang, walau Cuma sesaat. Tapi nyatanya yang ada di pikiranku saat ini Cuma Gilang, Gilang dan Gilang.
Esoknya, kumulai lembaran baru dengan menghilangkan kata Gilang dalam kamusku.
“Huwah!  Malas bangun, bentar ah. Ngumpulin nyawa dulu” kataku
“Bella! Bangun! Ricky njemput tuh!” teriak ibuku
“i..iya!” aku langsung bergegas

Beberapa saat setelah itu,
“ki, aku nggak bisa ngelupain Gilang nih” kataku sambil jalan ke sekolah
“ngelupain seseorang tu nggak mudah” jelas Ricky
“emang kamu udah pernah? Sama siapa?” Tanyaku
“he kok tiba-tiba” kaget Ricky
“aku kan nggak pernah lihat pacar kamu, kayak gimana sih orangnya?” tanyaku penasaran
“udah.. kamu jangan mikirin orang lain” jawab Ricky
“ngalihin pembicaraan nih” sahutku
“ah! Udah jam berapa nih? Kamu sih.. kelamaan!” teriak Ricky
“ngangkot aja yuk!” ajakku
***
“hosh..hosh..hosh.. untung nggak dihukum!” kataku
“capek!” kata Ricky
“sama lah!” sahutku
Dimana ya Gilang? Kok nggak kelihatan, nggak mungkin dia telat. Dia kan selalu diantar mamanya. Aku jadi agak khawatir,.
“siapa yang tidak masuk hari ini?” Tanya guru
“Gilang pak!” kata murid-murid serempak
“oh.. iya, ini sudah ada surat ijinnya. Dia sakit” jelas guru
Sakit? Kenapa ya? Apa aku harus menjenguknya? Tapi gimana aku bisa ngelupain dia, kalau aku terus-terusan mikirin dia. Teng.. teng.. teng.. bell berbunyi. Saat aku melewati koridor sekolah, aku melihat Tio sedang bicara sama Sisi, orang yang disukai Gilang. Aku menguping pembicaraan mereka.
“jenguk saja dia” kata Tio
“kenapa harus aku?” Tanya Sisi
“sudah.. nanti jenguk dia ya?” kata Tio
Sekilas aku merasa gelisah, air mataku nggak bisa di hentikan lagi, aku menagis di sudut tembok koridor sekolah itu. Dan Ricky dating untuk menenangkanku.
“udah… jangan pikirin Gilang lagi” kata Ricky
“bagaimana mungkin? Aku udah terlanjur mencintainya! Aku nggak bisa berpaling ke cowok lain!” jelasku
“kenapa kamu mencintai orang yang nggak mencintaimu, jika ada seseorang yang lebih mencintaimu?” Tanya Ricky
“ma.. maksudnya?” heranku
“tentu aja, seseorang itu adalah aku, Ricky. Teman kecilmu” kata Ricky
“aku nggak ngerti” kataku
“aku suka kamu udah dari dulu, tapi kamu lebih memilih Gilang. Dan pikiranmu itu hanya ada Gilang saja, makanya aku menyerah dan berusaha gelupain kamu. Bener apa katamu, nggak mudah ngelupain orang yang pernah mengisi hati kita” kata Ricky
“…….”
“nggak papa aku ngerti. Kamu emang nggak bisa lupain Gilang” kata Ricky sambil tersenyum
“ma..maaf ya” kataku
“pergilah!” kata Ricky
“eh… kamu marah….”
“pergilah, temui dia! Temui Gilang” sahut Ricky
“i..iya!” seolah, aku kagum pada Ricky yang bisa berdiri tegap tanpa ada masalah apapun. Tapi aku tahu, perasaannya hancur. Begitu juga aku.
“Bella… andai saja pikiranmu dipenuhi olehku” kata Ricky
***
Saat di rumah Gilang, aku pun datang dan bertemu dengannya di kamarnya. Aku pernah dengar Gilang itu anak orang kaya, ternyata rumahnya segede ini!
To..tok..tok…
“iya masuk” kata Gilang
“ini aku, Bella” sambil membuka pintu
“oh.. ada apa Bel?” Tanya Gilang
“aku Cuma ingin menjengukmu saja” kataku
“oh.. terima kasih”
“ng…. aku tau siapa orang yang kamu sukai” kataku
“apa!? Emangnya siapa?”
“Sisi kan?”
“eh.. tolong jangan kasih tau dia ya!” mohon Gilang
“kenapa nggak kamu katakan aja sejujurnya?”
“aku malu, sepertinya dia juga udah punya pacar”
“nggak semua yang dipikirkanmu itu benar, katakanlah “aku mencintaimu” kepada orang yang kamu cinta. Jangan jadi pengecut!” jelasku
“Bella?”
“nggak papa. Bukankah melihat orang yang kita sayangi bahagia, adalah hal yang paling indah di dunia ini”
“…….” Gilang terdiam dan menundukkan kepalanya, mungkin dia sedang mempertimbangkan perkataanku
“udah ya.. aku pulang dulu. Selamat tinggal!” aku menuju pintu keluar  ruangan yang seharusnya nggak kumasuki ini dengan perlahan. Barangkali dia ingin mengatakan sesuatu.
“terima kasih” kata Gilang lirih
Aku menengok dan tersenyum “sama-sama”

“hiks.. hiks..hiks bodohnya diriku”
“udah selesai ngomongnya?” kata Ricky yang menghampiriku
“kenapa? kenapa kamu menyembunyikan perasaanmu itu dengan wajah tersenyum? Apa kamu nggak merasa hancur, sedih?” kataku
“kenapa ya? Aku bahagia jika kamu bahagia”
“hiks.. te..terima kasih! Aku berjanji mulai sekarang aku akan melupakan Gilang!”
“aku juga akan berjanji, mulai sekarang aku akan membuatmu mengakuilku lebih dari sekedar teman masa kecil!” Ricky tersenyum
“a..apa!?” mukaku memerah
“a..awas kau ya!”
“hahaha.. biarin. Aku suka Bella!” teriak Ricky
“diam dodol! Nanti kedengeran orang!” teriakku
Mungkin ini akan menjadi awal percintaanku yang baru. Seribu malam ini telah kulalui dengan penuh kegembiraan!


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar