Nggoleki Blog Iki

Sabtu, 05 Maret 2011

Blog Curhat part 2


“jadi yang megirimkan post ke blog ku sebagai Ed_chuk ini Dito?” kataku“apa!? Jadi itu blog mu!?” teriak Dito tiba-tiba dari pintu“hah!Di.. Dito… ” aku membalikkan tubuhku“apa benar itu blog kamu!” teriak Dito“ah…i..itu….”gugupku“jawab!” teriak Dito“dug.. dug”“jawab! Apa kamu yang punya blog itu?” teriak Dito“iyaaa! Blog itu punyaku! Memangnya kenapa!?” teriakku“tolong.. jangan katakana apapun kepada Karin sampai aku memutuskannya!”mohon Dito“ap..apa!? Karin itu suka sekali padamu! Apa kamu tidak menyadarinya?” Tanyaku“aku tau! Katamu, kalau ini terus dilanjutkan Karin dan aku akan terluka. Aku sudah mempertimbangkan semua omonganmu di blog itu!. Dan itu memang benar.”kata Dito“jangan, jangan putuskan Karin. Apalagi kalau yang menyebabkan kalian putus itu aku.”jawabku“apa sih! Ini bukan salahmu! Apa kamu mau melihat sahabatmu itu terluka hanya karena kebohonganku!?” Tanya Dito“……” aku dian tak bicara“thanks”kata Dito yang kemudian meinggalkan ku sendirian di koridor sekolah.Sepulang sekolah, kubuka lagi laptopku. Dan ada post dari Dito dan Karin!“thanks atas sarannya selama ini J” post dari Dito“aku mau curhat lagi nih.. hubunganku sama cowokku semakin renggang, dia jadi dingin sekali. Aku sedih, jadi bagaimana sarannya?” post dari Karin“sebaiknya kamu lebih agresif lagi dalam menghadapinya.” Jawabku“aku benar benar bodoh… aku jahat!” teriakkuSeharian aku hanya mengurung diri di kamar sambil menangis. Bagaimanapun juga aku harus mengatakan perasaanku ini pada Dito. Tapi bagaimana dengan Karin? Dia sangat menyukai Dito. Dan lagi Dito ingin memutuskan hubungannya denagn Karin. Apa ini pertanda baik bagiku atau hal yang akan menghancurkanku. Aku bingung dengan semua ini!“krring kriing” handphoneku berbunyi“ah.. dari Karin. Halo?” kataku“Ha..halo.. hiks..”jawab Karin“kenapa Rin? Kok kamu nangis?” Tanyaku“Dito.. Dito.. dia mutusin aku!” jawab Karin“Dheg! A.. apa? Nggak mungkin kan?” Tanyaku“ta..tadi, dia mengajakku ketemuan. Dan dia minta putus dariku, ka.. katanya selama ini dia nggak suka sama aku.” Jelas Karin“masa sih? Besok aku akan bicara pada Dito!” kataku“ma.. makasih Rin” jawab KarinAku berangkat pagi-pagi untuk bertemu dengan Dito. Aku mencarinya di lapangan basket. Sudah kuduga di ada disana.“Dito!”teriakku“ada apa?” kata Dito dingin“kenapa kamu melakukannya? Karin hari ini nggak sekolah hanya gara-gara kamu!”jelas ku“aku sudah melakukan atas semua saranmu”jawab Dito“ta.. tapi…pokoknya kamu harus balikan sama Karin!” teriakku“kenapa? Kenapa kamu menolong Karin sampai sejauh ini?” Tanya Dito“i..itu.. karena aku adalah sahabat Karin” jelasku“nggak mungkin, pasti ada alasan lain”kata Dito“iya! Aku menyukaimu! A.. aku sakit sekali saat kamu nembak Karin! Setidaknya Karin bahagia walaupun dengan cowok yang aku sukai. Makanya aku ingin membantu kalian sekuat kemampuanku, nggak papa walaupun aku sakit. Daripada Karin tahu kalau aku juga suka padamu! Me.. memangnya itu salah!?” Jelasku“..……..” Dito terdiamSaat iku aku langsung menangis kemudian lari meninggalakan lapangan basket. Dito mengerjarku! Pasti dia marah lagi seperti waktu itu. Aku nggak mau dengar teriakan Dito lebih dari ini. Sanyat menyakitkan.“mau apa kau!?” teriakku“berhenti.. cepat!” kata Dito“nggak mau!” TeriakkuAku capek, kecepatan lariku mulai menurun. Tiba-tiba saja Dito memelukku dari belakang. Aku deg-degan. Kenapa sih?“kubilang berhenti kan” kata Dito“Ma..mau apa kamu”gagapku“a..aku sebernya juga suka kamu” kata Dito tersipu“apa!? Tapi kenapa kamu nembak Karin?”heranku“nembak Karin? Sebenernya aku mau nembak kamu Rin!” jelas Dito“tapi.. kenapa bisa….”kataku“aku nulis surat ke kamu isinya, Rin.. aku menyukaimu sejak lama dari saat kita MOS. Kamu ingat? Kamu pernah menolongku. Jadi mau nggak kamu jadi pacarku? Dari Dito” jelas Dito“ha? Aku nggak pernah nerima surat kayak gitu!” bantahku“aku salah memasukkan surat itu di buku Karin. Ini juga salahmu sendiri! Kenapa namamu Ririn! Ririn dan Karin… sama-sama pake Rin kan!”kata Dito“kok jadi aku yang salah? Tapi kenapa kamu nerima Karin gitu aja?” heranku“Karin kelihatan senang, aku jadi nggak tega buat ngelukain dia. Lagian kamu juga sih! Malah mendukungku segala, itu artinya kamu menolakku secara halus. Kamu juga telat nembak aku” jelas Dito“haa!? Masa aku nembak cowok? Seharusnya kamu duluan kan? Bodoh!” jawabku“tapi akhirnya kamu nembak aku juga kan? Ejek Dito“biarin!” kataku“hei! Sedang apa kalian!?” teriak seorang guru“maaf pak!”kataku dan DitoKami langsung pergi ke kelas, perasaanku campur aduk. Senang , deg-degan, gelisah, rasa bersalah semua bercampur menjadi satu. Sepulang sekolah, Dito mengajakku ke suatu tempat. Dengan motornya, aku diajak ke danau. Indah sekali pemandangan disana.“Dit, dimana ini?” tanyaku“di sebuah danau” jawab Dito“hm? Mau apa kita kesini?” tanyaku“mau apa? Ya kencanlah”jawab Dito“eehh!? Ke..kencan?” kagetku“iya.. dan sekarang aku ingin minta jawabanmu, aku suka Ririn. Mau nggak jadi pacarku?”Tanya Dito“mau!” dengan muka tersipu-sipuTanpa pikir panjang, aku menerimanya dan melupakan Karin. Ditto memelukku dan berkata “temani aku sampai aku nggak bisa bernafas lagi”. Kata-kata itu akan selalu aku ingat. Kamipun pulang, kami sepakat untuk sementara ini hubungan kita dirahasiakan. Dan entah sampai akan cinta ini tersembunyikan. Saat aku membuka pintu kamarku, aku kaget ternyata ada Karin, dia menungguku sampai ketiduran. Aku merasa bersalah, sebaiknya aku harus bagaimana?“Rin! Bangun udah sore”kataku“hhooaahhmm… kemana aja kamu Rin? Aku menunggumu tau!”kesal Karin“aku beli komik dulu” bohongku“haah~ sama aja dengan Dito. Selalu sibuk sendiri!”kata Karin“degh! Ah.. ma.. masa sih?” gugupku“kenapa grogi gitu?”Tanya Karin“gak papa kok” jawabku“eh.. gimana sama Dito? Kamu udah ngomong ma dia kan?” Tanya Karin“……” aku diam kemudian menggeleng-nggelengkan kepalaku.“ooohhh… jadi begitu, aku sudah tau kok” kata Karin“ma..maaf ya Rin?” kataku“kenapa Ririn harus minta maaf?, Ririn nggak salah apa-apa kok” kata Karin“kamu nggak tau Rin, sebenernya aku menyukai Dito dan pacaran dengannya di belakan kamu!” batinkuDi kelas, Dito kelihatan berbeda. Sesekali dia menoleh ke arahku, apa sih yang aku pikirkan? Aku terlalu senang, tapi disisi lain aku seperti buronan yang dikejar polisi. Rasa takut, gelisah yang selalu menghantuiku. Apa aku harus jujur pada Karin?Sangking takutnya, aku langsung lari meninggalkan Dito dan tugas piketku. Terpaksa pagi-pagi sekali aku berangkat untuk melanjutkan tugas piketku.Terdengar suara, aku mencari sumber suara itu. Sampailan aku pada lapangan basket yang sering dipakai Dito, ketika aku masuk. Terlihat sosok seorang cowok yang tinggi sedang bermain basket. Tak lain dan tak bukan adalah Dito!. Aku sampai kaget. Tiba-tiba saja di menoleh kemudian berjalan ke arahku, tanpa pikir panjang, aku langsung lari. Tetapi saat aku menleh ke belakang, Dito mengejarku. Aku tak sanggup lagi berlari mengelilingi koridor sekolah. Akhirnya aku terkejar oleh Dito yang berkaki panjang itu. Dia menarik tanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar